Thursday, February 2, 2012

Impian itu...



Ah, senangnya liburan kuliah akhirnya datang juga. Walaupun cuma beberapa hari, tapi liburan sangat berarti buat saya. Yaa.. soalnya saya bisa melampiaskan hasrat membaca buku-buku yang saya suka sampe mentok. Hihihi. Minggu ini saya sudah menyelesaikan dua buku. Salah satunya, yang pengen saya ulas adalah buku karangan Alberthiene Endah berjudul Mimpi Sejuta Dolar. 




Buku ini adalah kado tahun baru dari pacar. Sebenarnya, pertama kali saya tau buku ini dari internet waktu browsing cari review buku-buku bagus. Gak tau kenapa, judulnya sangat menarik perhatian saya. Abis saya baca reviewnya, langsung deh saya catat dalam daftar buku yang harus saya beli. Fortunately, akhir tahun 2011 kemaren, temen pacar saya ada yang ke Jogja buat belanja buku. Terus si pacar tau aja kalo saya lagi pengen buku itu. Nitiplah dia sama temennya dan dikasih ke saya buat hadiah tahun baru. I love surprises! I love my boyfie! he’s severely sweet, uh?!


Anyway, buku Mimpi Sejuta Dolar ini bercerita tentang motivator muda Indonesia, Merry Riana yang bisa meraup pendapatan sampe satu juta dolar di usianya yang ke 26. Hebat memang. Tapi, yang paling hebat dari seorang Merry Riana, menurut saya, adalah cara dia merancang segala macam keterbatasan dan kekurangan yang ada pada hampir semua aspek hidupnya menjadi perjuangan-perjuangan yang hebat. Bayangkan, semasa kuliah di Nanyang Technological University, Singapura, hampir setiap hari dia sarapan pake mie instan, makan siang dengan dua lembar roti dan gak ada makan malam. Minumnya pun air keran di NTU. Padahal, selain kuliah, dia harus bekerja mati-matian untuk bisa bertahan hidup. Ah, saya jadi ikut merasakan beratnya.


Huhuhu, baca buku itu memang kadang membuat saya terbawa terlalu dalam pada setiap cerita yang dikisahkan. Tapi, justru inilah sensasinya. Beberapa bagian dari buku ini juga berhasil membuat saya termewek-mewek. Saya mencatat beberapa kutipan yang menurut saya memang sangat penuh pelajaran.


“Bahwa hidup, sesulit apapun, adalah sesuatu yang harus diapresiasi dengan usaha yang nyata, bukan sesuatu yang berlalu sia-sia atau ditangisi.”

“Aku terbiasa menyerap realita bahwa tidak semua orang hidup dalam kondisi yang menentramkan. Sebagian orang yang tak beruntung, hidup dalam kekhawatiran pada banyak hal.”


Dan... satu hal yang saya rasa perlu saya pahami baik-baik adalah kutipan ini:


“Namun, lebih jauh lagi, teman hidup bagiku adalah partner perjuangan. Sebuah relasi yang bisa memberi ruang bagi semangat positif masing-masing. Sejak berkenalan dengan Alva, dan memiliki niat serius untuk menuju ke jenjang pernikahan, aku tahu permulaan apa yang harus kami perbuat. Yang harus kami bina adalah melatih diri untuk mejadi “pembentuk” sukses satu sama lain. Relasi kami jangan saling mengubur potensi masing-masing, atau lebih parah lagi melumpuhkan hasrat ingin berkembang.”


“Tapi harus kukatakan bahwa pada akhirnya dukungan orang terdekat merupakan sumber dari rasa tenteram saat berjuang. Dan pengaruhnya sangat dahsyat! Kesuksesan ditentukan oleh seberapa tenteram diri kita saat menjalani perjuangan. Seberapa banyak cinta yang bisa menghidupkan semangat kita.”


Oh well, dua bagian diatas sangat mengingatkan saya sama kehadiran si pacar dalam hidup saya. Dialah orang terdekat yang paling tau setiap detil langkah yang saya jalani. Pengetahuannya tentang apa yang saya perjuangkan, melebihi siapapun. Ah, males deh, bau-baunya mau melankolis ngomongin cinta-cintaan nih hihihi


Jadi, saya sangat-sangat gak nyesel baca buku ini. Malahan, rasanya tatapan mata saya bener-bener terhipnotis buat terus baca sampe habis. Sungguh, saya menikmati proses membaca buku ini. 


Menghayati perjuangan Merry Riana yang sukses menggenggam impiannya, saya jadi ingat sama impian itu... Impian yang sejauh ini tak pernah kemana-mana. Dia tetap di pikiran dan hati saya. Ya, impian saya untuk bersekolah di London. Jujur, sampai sekarang, saya belum tahu sama sekali cara memulainya. Tapi, sejauh keyakinan ini masih tertanam kuat di hati, saya hanya perlu bertindak untuk mencari-cari celah yang potensial dan berusaha menerobosnya sekalipun hanya dengan melakukan tindakan-tindakan kecil. Misalnya, terus memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris saya, kemampuan membawa diri, kemampuan berkomunikasi,  kemampuan bersosialisasi & kemampuan mendisiplinkan diri. Doakan sayaaaaaa :’)


Oh ya, saya juga baru kelar baca buku 9 Matahari. Besok, saya mau nulis tentang buku itu deh. Masih ada juga buku biografi David Beckham yang berbahasa Inggris yang mau saya baca minggu-minggu depan. Ah, senangnya berkutat sama buku. Gak ada kesepian. Yang ada, kamar terasa lebih hangat dan nyaman.



Pipit ^^


2 comments:

  1. Sejuta dolar itu gajiku berapa tahun ya? Wuahhhh... 82 taun baru bisa ngumpulin segitu. *doh*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah enggak juga, siapa tau sukses menghampiri & berpenghasilan lebih dari sejuta dolar dalam waktu dekat, hehehe Amin. MAs Nahdi dulu SMA 3 ya? Kakak kelasku kayaknya hehe

      Delete