Friday, February 3, 2012

Me vs Matari

Aiiissshhhhh, saya lagi kecanduan ngeblog nih! Mungkin karena faktor kesepian (halah!), atau memang karena tabiat saya yang doyan cerita, baik secara lisan maupun tertulis. Yasudahlah, daripada waktu luang dipake buat tidoooorrrr terus, mending juga tunyuk-tunyuk keayboard kan ya?!

Oya, kali ini pengen ngebahas tentang buku yang kemaren baru aja saya baca, judulnya 9 Matahari. Ini salah satu buku Best Seller karya anak negeri. Hmm, kesan saya habis baca buku ini sebenernya gak begitu nancep ya. Soalnya, jujur, saya ngerasa ending-nya kurang istimewa. Awalnya saya kira akan ada hal super spesial yang didapatkan si pemeran utama. Ternyata, bagi saya, terkesan biasa.



Cuman, perjalanan si pemeran utama, Matari namanya, bisa dibilang sangat menantang dan dramatis. Nah, yang bikin saya rada tersengat, kisah hidupnya ada yang mirip sama kisah hidup saya. Cuma beberapa aspek sih. Pertama, latar belakang keluarganya yang tidak berpendidikan tinggi. Kedua, Matari ini kuliah dengan biaya sendiri. Ketiga, dia kerja jadi penyiar buat membiayai kuliahnya. Huhuhuh, saya bangeetttt ini, pemirsaaaaa!  

Cuman bedanya, di buku ini, Matari harus ngutang sana-sini sampe akhirnya ketika dia diwisuda dan dinyatakan lulus, utangnya mencapai 70 juta! Hmmpphhh, bersyukur banget saya gak sampe ngutang-ngutang buat bayar kuliah sejauh ini. Alhamdulillah ya Rabb... :')

Satu hal yang saya inget sampe sekarang tuh pemikiran dan pandangan sang penulis tentang pendidikan. Bagi dia, pendidikan adalah jembatan menuju perubahan yang lebih baik. Dia selalu yakin kalo dia bisa meraih gelar sarjana, dia bakal bisa mengentaskan keluarganya dari kemiskinan. Ah, saya setutu banget soal ini!

Ada beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini, 

"Kekerasan verbal bisa membuat cacat batin seseorang atau bahkan membunuh mental."

"Seperti inilah kehidupan. Satu hari aku diperlihatkan bagaimana leluasanya orang meraih sesuatu yang diinginkan. Di sisi lain aku diperlihatkan bagaimana keinginan itu harus diraih dengan kerja keras."

"Betapa jalan impian adalah keras, lebih keras dari yang dibayangkan."

Kalimat-kalimat di buku-buku yang saya baca memang suka saya catat dan saya kumpulkan. Kalo lagi bad mood ato bete tingkat kabupaten, saya suka baca-baca lagi. Dan voila! Rasa bete sedikit demi sedikit jadi hilang hehehe Oh ya, ada dua kutipan yang paling saya suka dari buku ini:

"Aku ingin membobol dinding tebal rasa maluku, mengobrak-abrik rasa takutku, biar ia tau ia tak pantas ada dalam diriku."

"Usia ini tidak membutuhkan toleransi untuk tiga kata: aku belum mengerti!"

Dua kutipan diatas punya makna tersendiri buat saya. Well, saya akui, overall, buku ini layak dibaca. Terutama buat siapapun yang punya impian besar dan masih simpang siur apakan bisa diwujudkan atau tidak :)

No comments:

Post a Comment