Wednesday, June 6, 2012
1st Day of Going to the Runsite (Borobudur Interhash 2012 Day 2)
Saya ingin kembali
bercerita tentang pengalaman terbaik saya sejauh ini, menjadi salah satu guide
di event bertaraf internasional, Borobudur Interhash 2012. Kalau postingan
sebelumnya tentang Red Dress Run, kali ini saya ingin menulis tentang
kesan saya menemani para hasher ke runsite atau area tempat mereka berolahraga
pada hari pertama. Ini merupakan hari kedua saya mengikuti serangkaian kegiatan
Borobudur Interhash 2012.
Saturday, June 2, 2012
Taking Part in Borobudur Interhash 2012 Day 1 (Red Dress Run)
Awalnya menyenangkan dan
luar biasa menegangkan ketika saya diminta oleh dosen saya menjadi salah satu
guide atau pemandu wisata dalam kegiatan Borobudur Interhash 2012. Sempat juga
merasa takut karena saya membaca
koran bahwa pesertanya mencapai ribuan dan berasal dari berbagai belahan dunia.
Ya, jadi Borobudur
Interhash 2012 ini merupakan olahraga lari lintas alam yang sifatnya
non-kompetitif dan bertujuan untuk hiburan. Interhash sendiri diadakan setiap
dua tahun sekali dari satu negara ke negara lain. Untuk Indonesia, tahun ini
merupakan Interhash yang ke-3 setelah dulu sempat diadakan
event serupa di Jakarta dan Bali. Tahun 2012 ini, Magelang terpilih menjadi
lokasi pelaksanaan Interhash 2012. Jumlah peserta yang mengikuti Borobudur Interhash 2012 mencapai lebih dari 5.000 orang
yang berasal dari 49 negara di seluruh
dunia.
Borobudur Interhash 2012 diadakan dari 24 sampai 27
Mei 2012. Kegiatan dimulai dengan pesta pembukaan di Candi Prambanan, kemudian
pada tanggal 27 Mei 2012 dilaksanakan
kegiatan Red Dress Run. Demi apapun, Red Dress Run keren sekali! Sekitar 1000 peserta atau yang biasa
disebut hasher mengikuti kegiatan ini dengan mengenakan baju serba merah.
Bahkan, banyak sekali laki-laki yang
sengaja memakai pakaian wanita dan berdandan a la wanita, lengkap dengan rambut palsu, bedak, eye shadow, lipstik, dan
bahkan blush on! Oh gosh! Haha.
Saat itu jam 1 siang saya bersama teman-teman guide datang ke
Gedung Bakorwil II Kota Magelang, tempat berkumpul para hasher yang juga
merupakan starting point dari
Red Dress Run. Begitu tiba, para
hasher dihibur dengan aksi barong sai selama beberapa menit. Mereka
tampak sangat antusias dan kagum dengan aksi barong sai. Setelah itu para hasher diberi sedikit pengarahan
kemudian Red Dress Run pun dimulai.
Start dari Gedung Bakorwil II, para hasher berjalan melewati
jalan Pahlawan kemudian ke arah Jalan Pemuda Magelang. Saat itu, jalan ditutup
untuk kendaraan apapun. Mereka berlari (ada juga yang berjalan) sejauh kurang
lebih 4 kilo meter di jalan-jalan protokol Kota Magelang. Banyak sekali
masyarakat Magelang yang menyaksikan kegiatan ini di pinggir jalan-jalan tersebut. Para hasher pun terlihat
senang dan dengan ramah
menyapa masyarakat yang menyaksikan. Ketika sampai di Alun-Alun Kota Magelang,
para hasher mendapat sambutan dari Walikota Magelang dan beberapa pejabat Kota
Magelang.
Rombongan hasher ini
finish di Hotel Puri Asri Magelang. Disana mereka lalu mengikuti pesta yang
sudah disiapkan. Berbagai macam menu bisa mereka nikmati setelah lelah berlari
(atau berjalan) berkilo-kilo meter.
Saya sangat antusias
mengikuti kegiatan Red Dress Run ini. Saya dan teman-teman guide juga sempat
ngobrol dengan peserta dari Srilanka dan Texas saat itu. Mereka bilang bahwa
orang-orang Indonesia sangat jauh lebih ramah daripada Malaysia. Yay! Jujur saya sedikit terharu :’) Sayang
sekali, saya tidak bertanya
nama dan berfoto dengan mereka. Padahal hasher dari Srilanka itu sangat ramah.
Hasher dari Texas, USA nya juga sangat cerewet dan senang bercerita. Belakangan saya tau kalau hasher dari
Texas itu bernama Danny. Mereka
sempat bercerita bahwa setiap peserta mempunyai nama hash tersendiri yang unik.
Nama diberikan oleh panitia berdasarkan hasil wawancara singkat dengan para
hasher. Wawancara bisa mengenai hobi, personal life, love life, atau
apapun yang berkaitan dengan peserta. Saya ingat nama hash dari hasher asal
Srilanka yang saya temui adalah ''Give Me Your Seed'' karena dia sangat suka
gardening. Waw! Unik ya?!
Saat itu, saya langsung
merasa tidak sabar ingin ikut ke runsite dan bertemu lebih banyak charming
strangers. I was so happy & feeling so fortunate :)
Wednesday, May 30, 2012
Charming Stranger #3
Hello fellow, it's nice
to tell you that last week I took part in Borobudur International Hash House
Harriers or Borobudur Interhash 2012. I was asked to be one of the guides. The
amazing thing was I met a couple of charming strangers from other countries.
But well, I don’t want to talk much about the event. I just wanna share my
experience meeting up one of the charming strangers there.
His name is Mr. Varpal.
He comes from Malaysia and he was my master at guiding the hashers.
Me & Mr. Varpal from Malaysia
The first time I met
him, he wasn’t really outgoing. Yet, when we arrived at the runsite number 2,
which was called Kintelan, Pakis, we collaborated pretty well. He conducted the
event perfectly that most of the people (hashers, committee, and the villagers)
there could enjoy it much.
On the way to
Borobudur, he sat next to me. We talked a lot about the quality of the
education, politics, ethnics and the cultures in Malaysia compared to
Indonesia. I learned a lot from him. Nonetheless, I don’t really think that
he’s that charming, because he was the one who forced me to drink beer. And you
know, pals?! I couldn’t even avoid and I did that for the very first and the
last time of my life! Hahaha this I promise myself. Anyway, that’s the risk I should take as a tour guide,
isn’t it? :p Well actually, I feel happy and blessed to have such an
experience!
Catch you later with
other posts concerning Borobudur Interhash! xx
Friday, May 18, 2012
NUEDC 2012
In the
beginning of this month, I got an opportunity to represent my university joining
National University English Debate Championship or NUEDC 2012. On the 1st, 2nd,
and 3rd of May, to be exact. It was held in Hotel Le Beringin, Salatiga.
I went
there with my lectures and the two friends of mine, Osy & Arum. It was my
first experience to join such an event. There were 32 universities around Central
Java that sent their representatives to this debating
competition.
Well, I was
so fortunate that I met up many people who are fluent in English and good in
debate. They sure inspire me a lot. I was nothing compared to them, but my main
purpose was not to win the competition and get the money. Yet, I actually
wanted to simply get inspired ^^ And I did!
Yea, because
all of us didn’t win the competition, we had nothing to do on the third day. So
we spent the time staying at our room & enjoying the acceptable facilities
that the hotel provided. Then we looked for some food and went home earlier!
Haha.
On the way
home, we stopped in Pakis and took some nice pictures. I was not disappointed
at all and I was happy vice versa! Well, here are the pictures I took:
Thursday, May 17, 2012
I Find It Heartwarming :)
Sometimes, my happiness is as simple as seeing my nephew loves
my boyfriend a lot. And my boy gives the same love to him in return.
Both of them continuously make my day.
Both of them continuously make my day.
Sunday, May 6, 2012
The Thomases Live Here
Senangnya hari Minggu ini dapet libur! Kayak biasa, saya habiskan sebagian besar waktu luang buat baca buku J I really am crazy about reading!
Judul : The Thomases Live Here
Pengarang : Jocelyn Pretlow Goss (Associate Professor of
English, Norfolk Division, Vignia State College)
Penerbit : Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, USA.
Tahun Terbit : 1995
Tebal : 150 halaman
Di buku ini ada 20 chapters yang seluruhnya berbahasa Inggris. Tapi, buat saya, kosa kata di buku ini gak terlalu susah dan gampang dipahami. Ya biarpun saya masih harus beberapa kali buka kamus. Secara memang masih belajar terus biar bisa berbahasa Inggris dengan lancar dan fasih. Hayah!
Cerita di The Thomases Live Here generally tentang kehidupan keluarga Thomas dan segala macam masalah yang mereka hadapi. Benjamin Thomas atau Ben adalah kepala keluarganya. Dia punya istri bernama Lucy Mae dan empat orang anak. Anak paling besar, Benjamin Thomas Jr, biasa dipanggil Junius. Dia punya tiga orang adik, Janie, Ruthie Mae, dan Raymond. Mereka adalah keluarga dengan kemampuan finansial menengah tapi hidup mereka tercukupi. Ben sendiri bekerja sebagai petani. Dia mengolah tanahnya sendiri untuk ditanami berbagai macam tanaman dan juga berternak beberapa jenis hewan.
Awalnya mereka hidup nyaman dan tenang di sebuah daerah, namun keadaan berubah ketika mereka diminta pindah oleh pemerintah karena tanah yang mereka tempati akan digunakan untuk membangun jalan raya. Ben sebenarnya sangat tidak rela jika harus pindah, namun atas berbagai pertimbangan Lucy Mae, mereka pun pindah ke tempat yang baru.
Di tempat tinggal yang baru, mereka cukup diterima oleh masyarakat. Namun, layaknya keluarga pada umumnya, mereka harus menghadapi beberapa masalah internal maupun external. Mulai soal sekolah anak mereka, pergaulan, masalah keluarga, sampai masalah tentang hubungan mereka dengan masyarakat sekitar. Tentu, mereka selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah itu pada akhirnya.
Well, menurut saya novel ini bagus karena saya bisa belajar tentang culture orang Amerika. Ternyata kehidupan keluarga disana tidak jauh beda dengan di Indonesia. Satu hal yang juga sering dialami banyak orang tua di Indonesia juga dialami Ben ketika dia tidak ingin anak sulungya, Junius, melanjutkan kuliah. Dia ingin Junius membantunya bertani. Tapi Junius ingin melanjutkan kuliah dan menekuni sepak bola karena pelatih bolanya sering memuji kemampuannya bermain bola yang luar biasa. Fortunately, akhirnya Ben mengerti keinginan Junius dan memperbolehkan dia melanjutkan kuliah. Ben juga menyanggupi akan berusaha membiayai kuliah Junius kalau dia tidak mendapatkan beasiswa.
Tokoh yang paling saya sukai dalam cerita ini adalah Lucy Mae. Betapa dia adalah ibu dan istri yang selalu berusaha memberikan solusi terbaik untuk keluarganya. Dia selalu mempertimbangkan semua aspek untuk menyelesaikan suatu masalah. Lucy Mae juga mendidik anak-anaknya dengan baik. Dia selalu adil memperlakukan anak-anaknya dan selalu tau kapan dia harus memihak Ben dan kapan harus berada di pihak anak-anaknya. Kata-kata Lucy Mae juga selalu mengagumkan. Ada beberapa kata Lucy Mae yang saya suka dari novel ini.
On page 88, it goes:
On page 110, Lucy Mae said:
Saya memang sangat terispirasi oleh Lucy Mae dan keluarganya di novel ini. Seneng aja gitu baca novel ini. Paling tidak selalu ada pelajaran dan inspirasi di setiap buku yang saya baca, seperti halnya baca novel ini. Kayaknya saya juga butuh baca lagi dari awal biar bisa bikin seinopsis yang OK dari novel ini. Biar dapet nilai yang memuaskan juga dari dosen. Amin!
Hari ini saya selesai baca beberapa buku. Salah satunya novel berjudul “The Thomases Live Here”. Sebenernya novel ini cuma copyan aja, soalnya ini novel yang harus saya baca dan bikin sinopsisnya untuk tugas kuliah Extensive Reading. Awalnya sih gak begitu tertarik sama novel ini, tapi abis saya baca beberapa chapter, ternyata bagus!
Judul : The Thomases Live Here
Pengarang : Jocelyn Pretlow Goss (Associate Professor of
English, Norfolk Division, Vignia State College)
Penerbit : Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, USA.
Tahun Terbit : 1995
Tebal : 150 halaman
Di buku ini ada 20 chapters yang seluruhnya berbahasa Inggris. Tapi, buat saya, kosa kata di buku ini gak terlalu susah dan gampang dipahami. Ya biarpun saya masih harus beberapa kali buka kamus. Secara memang masih belajar terus biar bisa berbahasa Inggris dengan lancar dan fasih. Hayah!
Cerita di The Thomases Live Here generally tentang kehidupan keluarga Thomas dan segala macam masalah yang mereka hadapi. Benjamin Thomas atau Ben adalah kepala keluarganya. Dia punya istri bernama Lucy Mae dan empat orang anak. Anak paling besar, Benjamin Thomas Jr, biasa dipanggil Junius. Dia punya tiga orang adik, Janie, Ruthie Mae, dan Raymond. Mereka adalah keluarga dengan kemampuan finansial menengah tapi hidup mereka tercukupi. Ben sendiri bekerja sebagai petani. Dia mengolah tanahnya sendiri untuk ditanami berbagai macam tanaman dan juga berternak beberapa jenis hewan.
Awalnya mereka hidup nyaman dan tenang di sebuah daerah, namun keadaan berubah ketika mereka diminta pindah oleh pemerintah karena tanah yang mereka tempati akan digunakan untuk membangun jalan raya. Ben sebenarnya sangat tidak rela jika harus pindah, namun atas berbagai pertimbangan Lucy Mae, mereka pun pindah ke tempat yang baru.
Di tempat tinggal yang baru, mereka cukup diterima oleh masyarakat. Namun, layaknya keluarga pada umumnya, mereka harus menghadapi beberapa masalah internal maupun external. Mulai soal sekolah anak mereka, pergaulan, masalah keluarga, sampai masalah tentang hubungan mereka dengan masyarakat sekitar. Tentu, mereka selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah itu pada akhirnya.
Well, menurut saya novel ini bagus karena saya bisa belajar tentang culture orang Amerika. Ternyata kehidupan keluarga disana tidak jauh beda dengan di Indonesia. Satu hal yang juga sering dialami banyak orang tua di Indonesia juga dialami Ben ketika dia tidak ingin anak sulungya, Junius, melanjutkan kuliah. Dia ingin Junius membantunya bertani. Tapi Junius ingin melanjutkan kuliah dan menekuni sepak bola karena pelatih bolanya sering memuji kemampuannya bermain bola yang luar biasa. Fortunately, akhirnya Ben mengerti keinginan Junius dan memperbolehkan dia melanjutkan kuliah. Ben juga menyanggupi akan berusaha membiayai kuliah Junius kalau dia tidak mendapatkan beasiswa.
Tokoh yang paling saya sukai dalam cerita ini adalah Lucy Mae. Betapa dia adalah ibu dan istri yang selalu berusaha memberikan solusi terbaik untuk keluarganya. Dia selalu mempertimbangkan semua aspek untuk menyelesaikan suatu masalah. Lucy Mae juga mendidik anak-anaknya dengan baik. Dia selalu adil memperlakukan anak-anaknya dan selalu tau kapan dia harus memihak Ben dan kapan harus berada di pihak anak-anaknya. Kata-kata Lucy Mae juga selalu mengagumkan. Ada beberapa kata Lucy Mae yang saya suka dari novel ini.
On page 88, it goes:
“I mean sometimes we make plans that we can’t carry out. But we go on living just the same. We can’t get everything we want just as we want it. Things don’t always go our way. It’s good to learn this when we are young. Then after we grow up, we know how to take disappointments. We know how to be content with what we have, even when it is not exacly what we want.”
On page 110, Lucy Mae said:
“That car is ours. It’s paid for with honest money, and it runs just fine. We should never be ashamed of anything just because it is not so fine as something someone else has.”
Saya memang sangat terispirasi oleh Lucy Mae dan keluarganya di novel ini. Seneng aja gitu baca novel ini. Paling tidak selalu ada pelajaran dan inspirasi di setiap buku yang saya baca, seperti halnya baca novel ini. Kayaknya saya juga butuh baca lagi dari awal biar bisa bikin seinopsis yang OK dari novel ini. Biar dapet nilai yang memuaskan juga dari dosen. Amin!
Cerita Hujan
Minggu lalu, saya dikasih Mas Ginanjar Teguh Iman buku pertamanya yang berjudul Cerita Hujan. Sudah cukup lama saya nunggu buku ini terbit. Pengen banget baca. Saya udah mulai penasaran gara-gara Mas Gin bikin beberapa twit cuplikan cerita di Cerita Hujan.
Cerita Hujan sebenernya kumpulan cerita karya Ginanjar Teguh Iman yang baru terbit sekitar dua bulan lalu. Tebalnya 108 halaman dan saya butuh sekitar 3 jam buat baca. Ada sepuluh cerita yang keren, as I expected!
Cerita favorit saya di Cerita Hujan judulnya “Mencintaimu Itu Seperti Hujan”. Sebenarnya isinya bukan cerita sih, tapi semacam prosa pendek tentang analogi mencintai dengan hujan. Saya jadi sadar, betapa memang rasa cinta itu seperti kedatangan hujan. Ini beberapa cuplikan favorit saya:
Saya juga suka cerita berjudul “Payung Biru”. Sebenarnya pesan dibalik cerita ini simpel: cewe gak bakal pernah suka sama cowo yang hobi ngumbar janji. Tapi, cara Mas Gin bercerita beneran luar biasa. Yang bikin gak biasa, ceritanya dikaitkan sama hujan. Ada sisi romantis yang bikin saya (sebagai seorang cewe tulen yang normal ^^) senyum-senyum pas baca hihi.
Secara keseluruhan, buku ini keren. Saya emang selalu suka sama kumpulan cerita. Lebih menarik, lebih variatif, dan gak bikin bosen. Semuanya ada di kumpulan cerita “Cerita Hujan”.
Saya juga bangga karena Mas Gin ini salah satu penulis Magelang yang sudah menerbitkan buku. Sebagai warga Magelang, saya juga ikut seneng dong! Pengennya saya mengapresiasi karya ini dengan cara beli bukunya, tapi ternyata malah dikasih hehe. Kadang saya juga rada males sama temen yang kenal terus bilang: “Bukumu udah terbit? Wah aku kasih donk! Gratis ya, aku kan temenmu.” Bah! Temen itu justru harusnya mengapresiasi dengan cara membeli, bukan meminta. Well, itu pemikiran saya sih.
Anyway, buat yang pengen beli Cerita Hujan. Bisa order ke saya lewat kolom komentar di blog ini, atau Facebook, or Twitter saya. Ini detil bukunya ya:
Thanks! xx
Cerita Hujan sebenernya kumpulan cerita karya Ginanjar Teguh Iman yang baru terbit sekitar dua bulan lalu. Tebalnya 108 halaman dan saya butuh sekitar 3 jam buat baca. Ada sepuluh cerita yang keren, as I expected!
taken from here
Cerita favorit saya di Cerita Hujan judulnya “Mencintaimu Itu Seperti Hujan”. Sebenarnya isinya bukan cerita sih, tapi semacam prosa pendek tentang analogi mencintai dengan hujan. Saya jadi sadar, betapa memang rasa cinta itu seperti kedatangan hujan. Ini beberapa cuplikan favorit saya:
Mencintaimu itu seperti hujan. Kadang deras, kadang cuma rintik-rintik, kadang bahkan tidak turun sama sekali.
Hujan adalah cinta. Ia bisa saja datang setelah mendung memberi tanda. Tapi jangan ditanya bila turun tiba-tiba.
Dan mengingatmu adalah gerimis kecil-kecil. Lembut sekali jika turun mengguyur kulit. Kadang terasa hangat karena matahari masih diizinkan menerik. Ah, hujan monyet kata banyak orang.
Saya juga suka cerita berjudul “Payung Biru”. Sebenarnya pesan dibalik cerita ini simpel: cewe gak bakal pernah suka sama cowo yang hobi ngumbar janji. Tapi, cara Mas Gin bercerita beneran luar biasa. Yang bikin gak biasa, ceritanya dikaitkan sama hujan. Ada sisi romantis yang bikin saya (sebagai seorang cewe tulen yang normal ^^) senyum-senyum pas baca hihi.
Secara keseluruhan, buku ini keren. Saya emang selalu suka sama kumpulan cerita. Lebih menarik, lebih variatif, dan gak bikin bosen. Semuanya ada di kumpulan cerita “Cerita Hujan”.
Saya juga bangga karena Mas Gin ini salah satu penulis Magelang yang sudah menerbitkan buku. Sebagai warga Magelang, saya juga ikut seneng dong! Pengennya saya mengapresiasi karya ini dengan cara beli bukunya, tapi ternyata malah dikasih hehe. Kadang saya juga rada males sama temen yang kenal terus bilang: “Bukumu udah terbit? Wah aku kasih donk! Gratis ya, aku kan temenmu.” Bah! Temen itu justru harusnya mengapresiasi dengan cara membeli, bukan meminta. Well, itu pemikiran saya sih.
Anyway, buat yang pengen beli Cerita Hujan. Bisa order ke saya lewat kolom komentar di blog ini, atau Facebook, or Twitter saya. Ini detil bukunya ya:
Judul Buku : Cerita Hujan (kumpulan cerita)
Penulis / Editor : Ginanjar Teguh Iman
Penerbit : Duniagin
Tebal Buku : 111 halaman
Harga : IDR 27K
Thanks! xx
Subscribe to:
Posts (Atom)