Sunday, May 6, 2012

The Thomases Live Here

Senangnya hari Minggu ini dapet libur! Kayak biasa, saya habiskan sebagian besar waktu luang buat baca buku J I really am crazy about reading!

Hari ini saya selesai baca beberapa buku. Salah satunya novel berjudul “The Thomases Live Here”. Sebenernya novel ini cuma copyan aja, soalnya ini novel yang harus saya baca dan bikin sinopsisnya untuk tugas kuliah Extensive Reading. Awalnya sih gak begitu tertarik sama novel ini, tapi abis saya baca beberapa chapter, ternyata bagus!


Judul                  : The Thomases Live Here
Pengarang          : Jocelyn Pretlow Goss (Associate Professor of
                           English, Norfolk Division, Vignia State College)
Penerbit             : Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, USA.
Tahun Terbit       : 1995
Tebal                  : 150 halaman

Di buku ini ada 20 chapters yang seluruhnya berbahasa Inggris. Tapi, buat saya, kosa kata di buku ini gak terlalu susah dan gampang dipahami. Ya biarpun saya masih harus beberapa kali buka kamus. Secara memang masih belajar terus biar bisa berbahasa Inggris dengan lancar dan fasih. Hayah!

Cerita di The Thomases Live Here generally tentang kehidupan keluarga Thomas dan segala macam masalah yang mereka hadapi. Benjamin Thomas atau Ben adalah kepala keluarganya. Dia punya istri bernama Lucy Mae dan empat orang anak. Anak paling besar, Benjamin Thomas Jr, biasa dipanggil Junius. Dia punya tiga orang adik, Janie, Ruthie Mae, dan Raymond. Mereka adalah keluarga dengan kemampuan finansial menengah tapi hidup mereka tercukupi. Ben sendiri bekerja sebagai petani. Dia mengolah tanahnya sendiri untuk ditanami berbagai macam tanaman dan juga berternak beberapa jenis hewan.

Awalnya mereka hidup nyaman dan tenang di sebuah daerah, namun keadaan berubah ketika mereka diminta pindah oleh pemerintah karena tanah yang mereka tempati akan digunakan untuk membangun jalan raya. Ben sebenarnya sangat tidak rela jika harus pindah, namun atas berbagai pertimbangan Lucy Mae, mereka pun pindah ke tempat yang baru.

Di tempat tinggal yang baru, mereka cukup diterima oleh masyarakat. Namun, layaknya keluarga pada umumnya, mereka harus menghadapi beberapa masalah internal maupun external. Mulai soal sekolah anak mereka, pergaulan, masalah keluarga, sampai masalah tentang hubungan mereka dengan masyarakat sekitar. Tentu, mereka selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah itu pada akhirnya.

Well, menurut saya novel ini bagus karena saya bisa belajar tentang culture orang Amerika. Ternyata kehidupan keluarga disana tidak jauh beda dengan di Indonesia. Satu hal yang juga sering dialami banyak orang tua di Indonesia juga dialami Ben ketika dia tidak ingin anak sulungya, Junius, melanjutkan kuliah. Dia ingin Junius membantunya bertani. Tapi Junius ingin melanjutkan kuliah dan menekuni sepak bola karena pelatih bolanya sering memuji kemampuannya bermain bola yang luar biasa. Fortunately, akhirnya Ben mengerti keinginan Junius dan memperbolehkan dia melanjutkan kuliah. Ben juga menyanggupi akan berusaha membiayai kuliah Junius kalau dia tidak mendapatkan beasiswa.

Tokoh yang paling saya sukai dalam cerita ini adalah Lucy Mae. Betapa dia adalah ibu dan istri yang selalu berusaha memberikan solusi terbaik untuk keluarganya. Dia selalu mempertimbangkan semua aspek untuk menyelesaikan suatu masalah. Lucy Mae juga mendidik anak-anaknya dengan baik. Dia selalu adil memperlakukan anak-anaknya dan selalu tau kapan dia harus memihak Ben dan kapan harus berada di pihak anak-anaknya. Kata-kata Lucy Mae juga selalu mengagumkan. Ada beberapa kata Lucy Mae yang saya suka dari novel ini.

On page 88, it goes:

“I mean sometimes we make plans that we can’t carry out. But we go on living just the same. We can’t get everything we want just as we want it. Things don’t always go our way. It’s good to learn this when we are young. Then after we grow up, we know how to take disappointments. We know how to be content with what we have, even when it is not exacly what we want.”

On page 110, Lucy Mae said:

“That car is ours. It’s paid for with honest money, and it runs just fine. We should never be ashamed of anything just because it is not so fine as something someone else has.”

Saya memang sangat terispirasi oleh Lucy Mae dan keluarganya di novel ini. Seneng aja gitu baca novel ini. Paling tidak selalu ada pelajaran dan inspirasi di setiap buku yang saya baca, seperti halnya baca novel ini. Kayaknya saya juga butuh baca lagi dari awal biar bisa bikin seinopsis yang OK dari novel ini. Biar dapet nilai yang memuaskan juga dari dosen. Amin!

3 comments:

  1. ak iseh bingung golek pedf.e.... ra ktemu2.... :D

    ReplyDelete
  2. Aku nggarap summary ne gek tekan chapter 11 sudah menghabiskan waktu 8 jam... zuper zekaliii.... :')

    ReplyDelete
  3. Wouw.... rindu sangat saya untuk membaca kembali novel ini. Masih ingat sepenggal kalimat berbunyi "Do I look like something is the matter?" dari novel yg saya baca di tahun 1980. Nuansa keluarga dengan segala problematikanya..... Good reading...!!

    ReplyDelete