Pak Trisman saat menjadi pembicara sebuah acara di Magelang.
Pertama kali bertemu
beliau di ruang kuliah, saya sama sekali tidak merasa ada yang spesial. Tapi,
setelah mengikuti kuliahnya, saya ketagihan. Menurut saya, beliau sangat
pintar. Bukan hanya secara akademik, tapi juga sangat cerdas dalam bertingkah
laku, menanggapi situasi, mengambil keputusan, dan memperlakukan orang lain.
Cara beliau membagi ilmu juga menyenangkan karena beliau sangat humoris.
Humor-humor cerdas selalu mewarnai proses perkuliahan. Ketika mengikuti kelas
beliau, rasanya ilmu mengalir sangat deras. Dan selalu saja, setelah selesai
mengikuti kuliahnya, saya merasa menjadi mahasiswa yang ingin terus
tersenyum puas karena merasa lebih baik dan lebih pintar somehow.
Pak Trisman, begitu beliau biasa disapa, juga punya
prestasi yang luar biasa. Beliau menyelesaikan S2 nya di luar negeri dan pernah
merasakan pendidikan di Amerika dan Australia karena
mendapatkan beasiswa. Yang mengagumkan, dengan prestasi yang menggunung, beliau
memilih untuk mengabdikan diri di tempatnya dilahirkan, Kota Magelang. Beliau
memilih mengajar di beberapa universitas swasta di Magelang, salah satunya
universitas dimana saya menempuh pendidikan S1 saat ini. Pak Trisman juga aktif
di berbagai organisasi pendidikan dan kesenian. Bakat seninya tidak kalah luar
biasa.
Sebenernya
tidak mengherankan Pak Trisman bisa secerdas itu, karena memang beliau sangat
suka membaca. Pak Trisman sangat mencintai buku, koleksi bukunya lebih dari
sepuluh ribu buah dan 90 persen berbahasa Inggris. Uniknya, siapapun boleh
pinjam buku-buku itu, asal jangan dibawa pulang, hanya boleh dibaca di rumah
Pak Trisman. Pernah suatu kali Pak Trisman bercerita tentang buku-bukunya dan
saya ingat beberapa kalimat yang menurut saya sangat inspiratif. Kata
beliau: "Buku itu adalah harta yang tak tergantikan. Kita bisa
beli perhiasan, rumah, kendaraan, atau lainnya kapan saja dan dimana saja. Tapi
buku, ketika kita melihatnya dan tidak segera membelinya, belum tentu kita bisa
melihatnya lagi." Mungkin karena dulu toko buku online belum
menjamur seperti sekarang, jadi Pak Trisman terbiasa langsung membeli buku yang
dia suka ketika melihatnya. Beliau juga bilang: "Dikelilingi buku
itu rasanya hangat. Tangan bergerak ke kanan bertemu buku, bergerak ke kiri
bertemu buku. Di ruang tamu ada buku, di dapur juga ada buku." Bagi
saya, yang juga gemar mengoleksi dan membaca buku, apa yang dilakukan Pak
Trisman sangatlah inspiring.
Satu lagi inspirasi tak terlupakan yang saya dapat
dari Pak Trisman. Pernah suatu kali beliau sedikit jengkel di kelas karena
banyak mahasiswa yang membolos. Lalu beliau meminta saya membacakan Curriculum
Vitae nya di depan kelas. Nyaris dua puluh menit waktu yang
saya butuhkan untuk membaca berderet-deret prestasi beliau yang tertulis pada
delapan lembar kertas ukuran A4. Banyak prestasi tingkat nasional dan
internasional yang Pak Trisman dapat di berbagai bidang. Setelah itu Pak
Trisman berkata singkat: "Tidak masalah Anda tidak pintar, yang
terpenting Anda selalu sempat." Dari situ saya
menginterpretasikan bahwa sempatkanlah untuk kuliah, untuk datang menuntut
ilmu. Karena orang pintar yang malas, akan kalah dengan orang yang mau berusaha
menjadi pintar dengan menyempatkan menuntut ilmu.
In my life, Pak Trisman is the most inspiring person
alive.
Karena menyimak Pak Trisman berbagi ilmu, saya punya impian untuk bisa
berbahasa Inggris sepintar beliau. Karena kerendahan hatinya, saya terinspirasi
agar suatu saat saya juga bisa berbagi atau mengabdi kepada Kota Magelang
dengan cara saya sendiri. And most importantly, karena terinspirasi
dari pengalamannya, lahirlah impian untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah di London dan
lahir pulalah keyakinan bahwa someday saya bisa
mewujudkannya.
No comments:
Post a Comment