Memang benar perasaan seseorang itu gampang sekali berubah. Bisa jadi saya merasa sangat senang, tapi satu detik kemudian, mood rontok dan berserakan. Pernah merasa begitu?
Phew, sebenernya saya sebal kalau harus mengeluh. Cuma, saya lebih menganggap postingan kali ini bukan sebagai keluhan, tapi sebagai curahan hati saja. Hehehe alibi yah.
Beberapa hari terakhir, saya merasa sedang mengalami ketidakberuntungan yang bertubi-tubi. Saya curiga, apa mungkin karena pengharapan saya yang terlalu tinggi sama bulan Februari ya? Yap, saya memang sudah sangat menanti-nantikan bulan ini karena akan ada banyak hal menyenangkan yang bisa saya lakukan. Tapi, ternyata baru sampai di awal bulan saja, saya sudah merasakan sakit hati yang luar biasa. Pengen sih cerita soal yang ini, tapi nanti saja lah, soalnya juga belum pasti. Yang pasti, sampai di hari ke tujuh di bulan Februari ini, saya merasa benar-benar sedang drop.
Hidup itu memang tidak selalu adil. Dunia ini punya banyak ketimpangan. Ya, saya sangat sadar akan hal itu. Tapi, menyadari saja adalah perkara mudah. Kalau harus menerima semua ketidakadilan dan ketimpangan itu, susahnya bukan main. Apalagi ketika kita harus menerima kenyataan bahwa orang-orang di sekitar kita ada dalam kondisi berbanding terbalik. Mau curhat, mau cerita, jatuhnya malah makin sakit hati. Mungkin ini karena faktor saya-nya kali ya yang memang sensitif maksimal. Cuma saya selalu mikir, curhat sama orang yang tidak ada atau belum pernah ada dalam kondisi yang kita alami itu sama dengan sia-sia. Mereka akan sangat gampang menasehati dari A sampai Z kembali ke A lagi dan berakhir di Z dengan lancar. Ya, karena mereka tidak benar-benar mengalami. Apalagi, saya rasa sangat sedikit sekali orang didunia ini yang pandai ber-empati.
Saya punya beberapa teman yang cukup dekat. Mereka suka menemui saya kalau lagi pengen curhat. Ya saya sih seneng-seneng aja kalo dicurhatin, soalnya saya suka sama proses percakapan dengan setiap teman/orang sekitar. Dari situlah saya bisa belajar banyak tentang hidup dan segala macam esensi, tragedi atau drama di dalamnya. Cuma, kadang saya sebel sama mereka yang deket-deketin saya tiap ada masalah atau mau cerita aja, tapi giliran saya yang butuh cerita, mereka gak pernah ada. Uh, berasanya saya cuma tempat sampah curhatan mereka aja. Mungkin, inilah yang membentuk kepribadian saya jadi lebih introvert. Saya lebih suka diam, menangis, merenungi kegagalan, mengevaluasi diri, menulis, dan menyemangati diri sendiri untuk melangkah lagi. Begitulah, siklus hidup yang hanya berputar-putar dan selalu seperti itu sejauh ini, selama hampir 22 tahun.
Tidak hanya satu dua kali saya merasa sendiri. Merasa bahwa tidak ada seorang pun yang bisa memahami. Saya selalu menguatkan, memarahi, dan mendisiplinkan diri sendiri. Bahkan, menangis sudah menjadi salah satu hal yang paling saya sukai. Mungkin karena saya sudah terlalu terbiasa dengan hal itu.
Pada sisi ini, hidup saya terdengar terlalu miris yah. Kadang, saya sempat mikir ingin menyerah. Melepaskan semua impian dan membiarkannya disapu angin sampai beterbangan lalu hilang. Karena saya merasa segala yang saya impikan selama ini terlalu muluk. Kadang saya juga ingin melepaskan diri sendiri, tidak terlalu menuntutnya untuk begitu begini, tidak memaksanya melakukan hal-hal yang menguras pikiran dan hati. Kadang saya memang benar-benar ingin menyerah. Tapi… selalu saja, ada sebagian kecil, sangat kecil, dari hati ini yang tidak pernah rela. Dia selalu mengingatkan betapa banyak perjuangan berat dan melelahkan yang sudah dilalui. Betapa kegagalan memang harus menghampiri dan benar-benar menjadi bagian dari jalan ini. Betapa sayang kalau impian hanya diperjuangkan tanpa sampai ke titik maksimal. Ah, saya galau. Hidup ini memang sangat gampang membuat saya galau.
Yang jelas, saya sedang merasa sangat tidak bersemangat. Mentally and physically uninspired. Entah mau apa dan bagaimana sekarang. Yang pasti, sebagian kecil dari hati saya yang tidak menginginkan saya menyerah itu, masih terus menuntun untuk melakukan semua yang sudah menjadi tanggung jawab. Membiarkan saya mengeluh dan lalu kembali menyemangati saya dengan bisikan-bisikan penuh motivasi. Dan semoga, saya benar-benar tidak akan pernah menyerah…..
No comments:
Post a Comment